LAA ILAAHA ILLALLAH (لا اله الا الله )
KEUTAMAAN, MAKNA DAN SYRAT-SYARATNYA
KEUTAMAAN, MAKNA DAN SYRAT-SYARATNYA
A. Keutumaan لااله الا الله
1. Dzikir dan yang paling utama dan berbobot.
Sabda Rasulullah saw. :
1. Dzikir dan yang paling utama dan berbobot.
Sabda Rasulullah saw. :
وعن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « قَالَ مُوْسَى : يَا رَبِّ ، عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ وَأَدْعُوْكَ بِهِ . قَالَ : قُلْ يَا مُوْسَى : لَا إِلَهَ إِلَّا الله ُ. قَالَ : يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هَذَا . قَالَ : يَا مُوْسَى ، لَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِي ، وَالأَرْضِيْنَ السَّبْعَ فِي كِفَّةٍ ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا الله ُفِي كِفَّةٍ ، مَالَتْ بِهِنَّ لا إله إلا الله » رَوَاهُ ابْنُ حِبَّان ، وَالحْاَكِمُ وَصَحَّحَهُ .
Sabda Rasulullah saw. :
“ Sesungguhnya Musa a.s. berkata : Wahai Rabbku, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dengannya aku dapat mengingat dan berdo’a kepadaMu. Allah berfirman : Hai Musa, ucapkanlah laa ilaaha illallah. Musa berkata : Wahai Rabbku semua hambaMu mengucapkan ini. Allah berfirman : Hai Musa, ucapkankanlah laa ilaaha illallah. Musa mengucapkan : Laa ilaaha illallah, saya hanya ingin sesuatu yang khusus bagi saya. Allah berfirman : Hai Musa, seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi dengan segala isinya selainKu berada di satu daun timbangan, dan laa ilaaha illallah berada di daun timbangan yang lain, niscaya lebih berat laa ilaaha illallah. (HR. Ibnu Hibban, Hakim dan ia menshahihkannya)
2. Mendapatkan syafa’at Rasulullah saw.
Sabda Rasulullah saw. :
Sabda Rasulullah saw. :
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ . ( رواه البخارى )
Orang yang paling bahagia mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengatakan laa ilaaha illallah murni dari hatinya. (HR. Bukhari)
3. Terhapusnya dosa.
Firman Allah dalam hadits qudsi :
Firman Allah dalam hadits qudsi :
... يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً ( روا الترمذي ، وقَالَ : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ )
Wahai anak Adam, jika kamu datang menghadapKu dengan membawa kesalahan
sepenuh bumi dengan tidak menyekutukanKu, niscaya Aku akan menghadapimu
dengan ampunan sepenuh bumi. (HR. Tirmidzi, hadits hasan)
4. Menyebabkan selamat dari neraka.
Sabda Rasulullah saw. :
Sabda Rasulullah saw. :
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ (رواه مسلم)
Barangsiapa menyaksikan bahwa tidak ada ilaah yang berhak diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkan neraka atasnya. (HR. Muslim)
5. Menyebabkan masuk syurga.
Sabda Rasulullah saw.
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه مسلم)
Tidaklah seorang hamba mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada
yang berhak diibadahi selain Allah , kecuali ia akan masuk surga. (HR.
Muslim)
B. Makna لااله الا الله
Sebelum membahas makna (لااله الا الله) ada baiknya
terlebih dahulu membahas kata (اله) dan (الله). Dalam bahasa Arab, kata
(ilah /اله) adalah isim mashdar dalam arti isim maf’ul, yaitu
(ma’luh/مألوه ) yang mempunyai arti معبود /ma’bud (yang
disembah/diibadahi) baik secara batil (salah) maupun secara hak (benar).
Yang diibadahii secara batil termasuk di antaranya adalah jin,
malaikat, matahari, bulan, bintang, berhala, manusia dan hawa nafsu.
Tentang jin dan malaikat, Allah berfirman :
Tentang jin dan malaikat, Allah berfirman :
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (40) قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ
أَكْثَرُهُمْ
بِهِمْ مُؤْمِنُونَ (41)
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka
semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini
dahulu menyembah kamu?". Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci
Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah
menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu". (QS. Saba’/34 :
40-41)
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19) وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ (20)
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah
hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan.
Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan
dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai
pertanggung-jawaban. Dan mereka berkata: "Jikalau Allah Yang Maha
Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)."
Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu, mereka tidak
lain hanyalah menduga-duga belaka. (QS. Az-Zukhruf/43 : 19-20).
وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٌۭ مِّنَ ٱلْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍۢ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًۭا
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al-Jinn/72:6)
Tentang matahari dan bulan Allah berfirman :
وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari
dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula)
kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat/41 : 37)
Tentang berhala, Allah berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar:
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".
(QS. Al-An’am/6 : 74)
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (138)
138. Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala
mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan
(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa
menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
(sifat-sifat Tuhan)." (QS. Al-A'rof:138)
Tentang manusia yang disembah karena kediktatorannya, Allah berfirman :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Dan berkata Fir`aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat
Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk
orang-orang pendusta". (QS. Al-Qashash/28 : 38)
Sedangkan manusia yang disembah karena dikultuskan, Allah berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah/9 : 31)
Tentang disembahnya hawa nafsu, Allah berfirman :
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
(QS. Al-Furqan/25 : 43)
Adapun kata (ilah /اله) dalam arti diibadahi secara hak atau benar adalah (الله /Allah) sebagaimana firman Allah :
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); (QS. Al-Baqarah/2 :
255)
Sedangkan (الله ) adalah satu-satunya zat pencipta dan Mahakuasa sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas dan ayat-ayat lain.
Firman Allah :
Firman Allah :
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (88)
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang
lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan
hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al-Qashash/28:88)
Setelah pembahasan kata (اله) dan (الله) di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
- لا (tidak), kata nafi (menafikan/menidakkan).
- اله (tuhan), manfiy (yang dinafikan ditiadakan).
- لااله (tidak ada tuhan), menafikan dan menghapus semua bentuk penyembahan kepada selain Allah.
- الا الله (selain Allah), menetapkan penyembahan (ibadah) hanya kepada Allah.
- Jadi : لااله الا الله = لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا الله = Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.
- لا (tidak), kata nafi (menafikan/menidakkan).
- اله (tuhan), manfiy (yang dinafikan ditiadakan).
- لااله (tidak ada tuhan), menafikan dan menghapus semua bentuk penyembahan kepada selain Allah.
- الا الله (selain Allah), menetapkan penyembahan (ibadah) hanya kepada Allah.
- Jadi : لااله الا الله = لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا الله = Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.
C. Syarat-syarat لااله الا الله
Syarat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya, maka yang
disyaratkan itu menjadi tidak sempurna atau tidak dapat terealisasi.
Maka syarat laa ilaaha illallah adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya,
maka laa ilaaha illallah itu dianggap tidak sah. Dan syaratnya laa
ilaaha illallah itu ada tujuh :
1. Al-‘Ilmu ( mengetahui makna laa ilaaha illallah ), yang menafikan al-jahl (kebodohan).
2. Al-Yaqin (meyakini makna laa ilaaha illallah ), yang menafikan asy-syakk (keraguan).
3. Al-Ikhlash ( memurnikan ibadah kepada Allah ), yang menafikan asy-syirk (kemusyrikan).
4. Ash-Shidqu /Kejujuran (Sesuainya lahir dan batin ), yang menafikan an-nifaq (kemunafikan).
5. Al-Mahabbah (cinta ), yang menafikan al-bughdhu (kebencian).
6. Al-Inqiyaad (ketundukan), yang menafikan at-tark (meninggalkan).
7. Al-Qabul (penerimaan ), yang menafikan ar-rodd (penolakan)
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
Syarat Pertama : al-‘Ilmu (mengetahui). Yaitu mengetahui
makna dan maksud laa ilaaha illallah dengan kedua dimensinya; penafian
dan penetapan. Yaitu bahwa ia harus mengetahui dimensi penafian dalam
muatan kalimat laa ilaaha illallah, yang dalam hal ini adalah penafian
semua bentuk peribadahan atau sembahan selain Allah; dan dimensi
penetapan, yang dalam hal ini adalah penetapan hak ibadah bagi Allah
semata. Firman Allah :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah. (QS. Muhammad/47 : 19)
Lawan dari pengetahuan ini adalah ketidaktahuan akan makna laa ilaaha illallah.
Syarat kedua : al-Yaqin (yakin). Yaitu mengetahui dengan
sempurna makna laa ilaaha illallah tanpa sedikit pun keraguan terhadap
makna tersebut. Jadi keimanannya tidak mengandung sesuatu yang
bertentangan dengan dalam hatinya. Allah berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu... (QS.
Al-Hujurat/49 : 15)
Lawan yakin adalah keraguan.
Syarat ketiga : al-ikhlash (keikhlasan). Kata ini diambil
dari kata al-laban al-khalish (susu murni) yang tidak lagi dicampuri
kotoran yang merusak kemurnian dan kejernihannya. Maka ikhlas berarti
membersihkan hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna laa
ilaaha illallah. Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.
(QS. Al-Bayyinah/98 : 5)
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am/6 :
82)
Lawan keikhlasan adalah syirik.
Syarat keempat : ash-shidqu (kejujuran). Yaitu bahwa
lahirnya tidak menyalahi batinnya. Keduanya harus saling sesuai dan
sejalan; yaitu antara lahir dan batinnya, antara ilmu dan amalnya,
antara apa yang ada dalam hatinya dan apa yang dikerjakan oleh raganya.
Maka tidak boleh ada sesuatu yang dikerjakan oleh raga yang menyalahi
apa yang diyakini oleh hati. Allah berfirman :
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka
sedikitpun tidak merubah (janjinya). (QS. Al-Ahzab/33 : 23)
Lawan kejujuran adalah an-nifaq (kemunafikan), yaitu menampakkan sesuatu yang sebenarnya tak ada dalam batinnya, atau bahwa ia menyimpan kekufuran dalam batinnya tetapi ia menampakkan iman dalam lisan dan raganya.
Lawan kejujuran adalah an-nifaq (kemunafikan), yaitu menampakkan sesuatu yang sebenarnya tak ada dalam batinnya, atau bahwa ia menyimpan kekufuran dalam batinnya tetapi ia menampakkan iman dalam lisan dan raganya.
Syarat kelima : al-Mahabbah (cinta). Yaitu mencintai Allah dan
Rasul-Nya, mencintai ilmu dan amal yang dicintai Allah dan Rasul-Nya,
serta mencintai orang-orang yang beriman. Allah berfirman :
وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah/2 : 165)
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah/2 : 165)
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik. (QS. At-taubah/9 : 24)
Cinta juga harus disertai kebencian. Yaitu kebencian
terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan laa ilaaha illallah,
terhadap semua ilmu dan amal yang dibenci Allah dan Rasulul-Nya, serta
membenci orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya.
Lawan dari cinta adalah benci terhadap kalimat laa ilaaha illallah, terhadap orang-orang yang berpegang teguh dengan kalimat ini, serta benci terhadap Islam.
Lawan dari cinta adalah benci terhadap kalimat laa ilaaha illallah, terhadap orang-orang yang berpegang teguh dengan kalimat ini, serta benci terhadap Islam.
Syarat keenam : al-Inqiyaad (ketundukan). Yaitu tunduk dan
menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara lahir dengan
mengamalkan semua perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Allah
berfirman :
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur/24 : 51)
Lawan dari ketundukan adalah meninggalkan. Yaitu meninggalkan apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Allah berfirman :
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
…maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. An-Nur/24 : 63)
Syarat ketujuh : al-Qabul (penerimaan). Yaitu kerendahan
dan ketundukan serta penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang
dari Allah dan Rasul-Nya yang membuahkan ketaatan dan ibadah kepada
Allah SWT. dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan
menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari syari’at islam. Allah
berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. (QS. Al-Ahzab/33 : 36)
Lawan dari penerimaan adalah penolakan. Yaitu bahwa menolak
dan berpaling dari ajaran-ajaran rasulullah saw. dengan hatinya,
sehingga ia tidak ridha dan tidak menerima ajaran-ajaran tersebut.
( والله أعلم بالصواب )
Ustad Mintaraga